Kamis , 26 Desember 2024
Aksi edukasi SKPA di Car Free Day
Aksi Gerakan Para Pendongeng untuk Kemanusiaan (GePPuK), Hotel Indonesia Jakarta, Minggu 4 Juni 2016

Aksi GePPuK: Selamatkan Generasi Penerus

CAHYALOKA.COM – Penuhnya para pengunjung jalan protokol sekitar bundaran Hotel Indonesia (HI) pada Minggu pagi (5 Juni 2016), terasa sedikit berbeda dari biasanya. Selain karena ini merupakan hari terakhir jelang Bulan Suci Ramadhan 1437 H, juga karena ada sekelompok pendongeng yang bernaung dalam komunitas Gerakan Para Pendongeng untuk Kemanusiaan (GePPuK) tengah melakukan aksi #StopKekerasanPadaAnak (SKPA).

Aksi ini dilaksanakan sebagai bentuk edukasi sekaligus keprihatinan terhadap kondisi keamanan dan kenyamanan para generasi penerus kita hari ini. Betapa tidak, setiap harinya selalu saja ada kasus-kasus yang termasuk tindak kekerasan, terjadi pada anak-anak kita. Oleh karenanya, memberikan edukasi tentang pentingnya menjaga diri sejak kecil menjadi sangat relevan untuk dilaksanakan oleh semua elemen masyarakat.

Dengan mensosialisasikan apa-apa saja yang harus dilakukan oleh anak-anak, saat merasakan perlakuan tidak nyaman dari orang sekitarnya, baik yang dikenal ataupun orang asing, diharapkan akan meminimalisir atau bahkan menghilangkan bencana kekerasan pada anak-anak.

Anak-anak dibekali dengan informasi bahwa, mereka juga punya hak untuk menyatakan keberatannya secara verbal jika ada yang sesuatu yang membuatnya merasa tidak nyaman. Entah itu berupa perlakuan kekerasan seksual, bullying ataupun kekerasan dalam rumah tangga.

Salah satu materi edukasi yang diberikan adalah berupa kewaspadaan terhadap sentuhan boleh dan tidak boleh. Ada 4 bagian tubuh (bibir, dada, pusar hingga ke lutut) yang tidak boleh disentuh siapapun kecuali diri sendiri. Jika ada yang berani menyentuh 4 bagian tersebut, anak-anak diwajibkan untuk berteriak mengatakan tidak boleh atau teriak minta tolong.

Aksi edukasi SKPA di Car Free Day (CFD) ini telah mengingatkan kembali agar kita mulai memberi perhatian lebih lagi kepada anak-anak sebagai upaya menyelamatkan generasi penerus. Urusan ini tentu bukan hanya menjadi kewajiban lembaga formal seperti sekolah saja. Keterlibatan orang tua dan masyarakat secara keseluruhan juga menjadi sangat signifikan untuk menekan tindak kekerasan pada anak dalam bentuk apapun. [gkw]

Lihat Juga

generasi Qurani yang cinta literasi

Tali Simpul Para Relawan di Sanlat 1437 Hijriyah

CAHYALOKA.COM – Menjadi relawan adalah pilihan yang membebaskan. Bayarannya bukan lagi bermain di ranah nominal …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *