Sabtu , 23 November 2024
Air Susu Ibu

Keajaiban Air Susu Ibu

A. Keajaiban ASI Bagi Bayi

Ibu, ketika perintah menyusui diturunkan dalam Al-Qur,an, ilmu pengetahuan saat itu belum bisa menginformasikan secara rinci mengenai komposisi ASI dan berbagai  manfaatnya. Seiring dengan majunya ilmu pengetahuan, berbagai penelitian telah dilakukan, dan akhirnya terkuaklah berbagai hikmah dari perintah menyusui. Subhanallah…..

Makanan yang paling ideal bagi bayi manusia
Allah SWT  telah memelihara dan  memberi  makan buah hati Ibu  selama 9 bulan di dalam rahim. Setelah itu, Allah merancang menyusui untuk memelihara bayi di tahun-tahun pertama kehidupan. Air susu Ibu adalah makanan terbaik dan paling sesuai yang pernah ada untuk bayi manusia. Yang lebih menarik lagi adalah ASI sangat individual dan spesial karena komposisinya berbeda untuk tiap  anak.

Susu setiap jenis mamalia berbeda dan bersifat spesifik untuk tiap spesies, yaitu disesuaikan dengan keperluan, laju pertumbuhan dan kebiasaan menyusuinya. Misalnya ikan paus yang hidup dalam lingkungan yang sangat dingin dan waktu menyusuinya singkat, kadar lemak dalam susunya bisa mencapai 50, sedangkan kelinci yang menyusui anaknya hanya sekali sehari, susunya mengandung kurang lebih 10% protein. Bayi manusia akan mencapai 2 kali berat lahirnya dalam waktu sekitar 6 bulan, sedangkan anak sapi hanya memerlukan waktu 6 minggu, sehingga dapat dimengerti bahwa komposisi ASI dan susu sapi pastilah berbeda. ASI dalam satu spesies pun  berbeda. ASI seorang Ibu bisa berbeda dengan ASI Ibu yang lain. Jika ASI sesama hewan saja berbeda dan ASI tiap Ibu berbeda, maka bagaimana bisa ASI manusia sama dengan ASI hewan???

Air susu berubah kualitas dan kuantitasnya seiring dengan berubahnya umur bayi. Kebutuhan bayi berbeda pada umur yang berbeda. Bahkan selama satu kali (periode) menyusui, komposisi air susu berubah. Ketika ia mulai menghisap, bayi akan menerima susu awal (foremilk). Saat acara menyusui berlanjut, susu lanjutan (hindmilk) akan dilepaskan. Luar biasa!

Mencukupi kebutuhan bayi sampai 6 bulan

Akhir-akhir ini banyak dilaporkan kasus-kasus gizi buruk pada anak balita dari berbagai provinsi di Indonesia yang lebih memprihatinkan adalah bahwa 11,7% dari gizi buruk itu terdapat pada bayi berumur kurang dari 6 bulan. Hal ini tidak akan terjadi andai saja semua bayi diberikan ASI sampai berusia 6 bulan. Karena ASI dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai 6 bulan. Bahkan sampai 12 bulan, ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai 60-70%. Di atas satu tahun, ASI memenuhi sekitar 30% kebutuhan bayi.

Menurunkan angka kejadian infeksi

Pemberian ASI  sampai 2 tahun dapat  menurunkan angka kematian anak  akibat berbagai penyakit infeksi, diantaranya penyakit  diare dan infeksi saluran pernafasan akut. Berbagai fakor perlindungan  ditemukan  di dalam ASI, termasuk IgA (Iminoglobulin A) sekretori (sIgA). Saat menyusui, IgA sekretori akan berpengaruh terhadap paparan mikroorganisme pada saluran cerna bayi dan membatasi masuknya bakteri ke dalam aliran darah melalui mukosa (dinding) saluran cerna.

Berbagai penelitian juga melaporkan bahwa ASI dapat mengurangi kejadian dan beratnya  penyakit diare, infeksi saluran nafas, radang telinga tengah (otitis media), radang selaput otak (meningitis), infeksi saluran kemih, dan infeksi radang usus halus dan usus besar yang terjadi karena jaringan kekurangan oksigen atau pada terapi antibiotik (Necrotizing Enterocolitis).

Air Susu Ibu memberikan perlindungan kepada  bayi melalui beberapa mekanisme, antara lain memperbaiki pertumbuhan mikroorganisme non patogen (tidak berbahaya), mengurangi pertumbuhan mikroorganisme patogen saluran cerna, merangsang perkembangan barier (pembatas) mukosa saluran  cerna dan salurannafas, faktor spesifik (IgA sekretori, zat kekebalan), mengurangi reaksi inflamasi (peradangan) dan sebagai imunomodulator (perangsang kekebalan). Itulah sebabnya bayi yang diberi ASI manusia lebih tahan penyakit dari pada bayi yang diberi ASI hewan.

Penting untuk tumbuh kembang anak yang optimal

Tahukah Ibu, agar  dapat  berjalan optimal, anak mempunyai tiga kebutuhan dasar untuk dipenuhi ?.Tiga kebutuhan tersebut, yaitu :

Kebutuhan fisis-biomedis (asuh)
Meliputi  kebutuhan akan nutrisi yang tepat dan seimbang. Di dalamnya termasuk perawatan kesehatan dasar, pakaian, perumahan, hygiene dan sanitasi lingkungan, olahraga serta rekreasi.

Kebutuhan kasih sayang/emosi (asih)
Yaitu kebutuhan terhadap emosi, antara lain : kasih sayang orang tua, rasa aman, harga diri, kebutuhan akan sukses, mandiri, dorongan, kebutuhan mendapatkan kesempatan dan rasa aman, serta rasa memiliki.

Kebutuhan stimulasi (asah)
Yang dimaksud stimulasi di sini adalah perangsangan yang datang dari lingkungan luar anak antara lain latihan atau bermain, kontak mata, dan komunikasi verbal. Melalui bermain, anak bisa belajar mengendalikan dan mengkoordinasikan otot-ototnya, melibatkan emosi dan pikiran sehingga anak mendapat pengalaman hidup.

Proses menyusui  memenuhi tiga kebutuhan dasar yang diperlukan tersebut. Pemenuhan kebutuhan emosi (asih) dapat dipenuhi dengan cara melakukan kontak sedini mungkin bayi dan Ibu (inisiasi menyusui dini). Keadaan ini akan menimbulkan kontak fisik (kontak kulit), psikis (kontak mata), suara dan penciuman sedini mungkin yang turut memegang peran penting terhadap keberhasilan menyusui.

Dengan mendekap bayi  pada saat menyusui, mengajaknya berbicara dengan penuh kasing sayang,  Ibu sudah memenuhi kebutuhan bayi akan stimulasi (asah), dan secara tidak langsung juga berdampak pada pemenuhan kebutuhan psikologis Ibu. Sedangkan  kebutuhan asuh terpenuhi melalui kandungan nutrisi dalam ASI. Nutrisi yang  adekuat sangat diperlukan untuk pertumbuhan seseorang. Dan ASI adalah cairan biologis kompleks yang mengandung semua nutrien yang diperlukan untuk tumbuh kembang anak. ASI disesuaikan dengan keperluan, laju pertumbuhan bayi, dan kebiasaannya menyusu.

ASI mengandung  hormon dan faktor pertumbuhan (growth factor) yang sesuai agar pertumbahan badan ideal. Berbeda dengan kandungan susu formula yang memerlukan pengenceran dengan kadar tertentu yang berbeda-beda untuk setiap anak. Jika terlalu cair, dapat menyebabkan bayi kekurangan gizi sehingga pertumbuhannya terhambat. Sebaliknya, jika penganceran terlalu pekat, dapat memicu obesitas (kegemukan). Dua kasus ini sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Bayi ASI pada umumnya lebih ringan/ideal daripada bayi yang mendapat susu formula. Hal ini  karena ASI mengandung leptin yang merupakan hormon pengatur nafsu makan/asupan makanan dan metabolisme energi.

Suatu penelitian jangka panjang dilakukan  terhadap pertumbuhan bayi yang mendapat ASI ekslusif dan bayi yang mendapat susu formula, hasilnya didapatkan berat badan bayi yang mendapatkan ASI lebih ringan dibanding bayi yang mendapat  susu formula sampai usia 6 bulan. Hal ini bukan berarti bahwa berat badan yang lebih besar pada bayi yang mendapat susu formula lebih baik dibanding bayi yang mendapat ASI.

Kurva pertumbuhan yang normal adalah kurva bayi yang mendapat ASI. Berat berlebih pada bayi yang mendapat susu fomula justru menandakan terjadinya kegemukan. Hal ini tidak baik untuk kesehatan.

Penelitian lain mempelajari dampak jangka panjang pemberian ASI pada saat bayi terhadap panjang badan saat kanak-kanak dan dewasa. Dari penelitian Kohort Boyd-Orr ini didapatkan hasil bahwa anak yang mendapat ASI pada masa bayinya lebih tinggi dibandingkan mereka yang mendapat susu formula.


Para ahli perkembangan menggunakan  istilah the ”Golden Age” untuk masa 3 tahun pertama. Masa ini merupakan masa yang sangat penting, tidak hanya pada pertumbuhan seseorang, tetapi juga pada perkembangan kecerdasan dan keterampilan motorik, mental, sosial dan emosional. Pada masa ini terjadi mielinisasi (pembentukan selaput saraf), pertumbuhansel saraf dan sinaps (sambungan antar saraf) yang pesat, sehingga terbentuk jaringan otak yang kompleks. Periode  kritis pertumbuhan otak terjadi pada 3 bulan menjelang kelahiran sampai 3 tahun pertama kehidupan. Ini merupakan masa yang sangat penting. Masa ini disebut juga sebagai windows of opportunity.

Dari segi gizi, pada masa kritis tersebut anak harus mendapat gizi esensial yang memadai. Dari penelitian terakhir ditemukan ASI  mengandung LCPUFAs (Arachidonic Acid/AA dan Docosahexanoic Acid/DHA) dalam jumlah yang memadai untuk pertumbuhan otak anak.

Suatu penelitian di Honduras memperlihatkan bayi yang mendapat ASI ekslusif selama 6 bulan dapat merangkak dan duduk lebih dahulu dibanding mereka yang mendapat makanan pendamping pada usia 4  bulan.  Dari berbagai penelitian yang pernah dilakukan, anak yang mendapat ASI jauh lebih matang, lebih asertif dan  memperlihatkan progresifitas yang lebih baik pada skala perkembangan  dibanding mereka yang tidak mendapat ASI.


Mencegah Kanker pada Anak 

Menurut pakar ASI dr. Utami Roesli, IBCLC , ASI dapat mencegah penyakit kanker pada anak, diantaranya  Lymphoma Maligna (kanker kelenjar getah bening) Hodgkin, Leukimia (kanker darah, Neuroblastoma (tumor otak). Pada penelitian didapatkan, penyakit-penyakit kanker tersebut  6 – 8 x lebih sering pd anak yang diberikan susu formula. ( Davis 1998,Benner 2001,Daniels 2002, Svanborg 2003).

Penelitian terbaru menemukan kerusakan genetik tingkat signifikan pada bayi berusia 9 sampai 12 bulan yang tidak diberi ASI.

Menurunkan resiko terjadinya penyakit cardiovascular (jantung dan pembuluh darah) di kemudian hari

Leptin pada ASI akan mencegah terjadinya obesitas di usia dini. Selain leptin, ASI juga mengandung adiponektin yang berfungsi mencegah terjadinya penebalan pembuluh darah (aterosklerosis) dan radang. Kedua hormon ini dapat mengurangi resiko anak dari penyakit jantung dan pembuluh darah di kemudian hari. Karena obesitas dan aterosklerosis merupakan faktor resiko terjadinya cardiovascular di kemudian hari.

Menurunkan angka kejadian Diabetes Melitus (kencing manis) dan Sindroma Metabolik

ASI dapat mengurangi diabetes melitus tipe 1 (ditandai dengan tidak ada atau kurangnya hormon insulin dan meningkatnya kadar gula darah), DM tipe 2 (ditandai dengan tingginya insulin karena terjadi resistensi insulin), dan Sindroma Metabolik (yang ditandai dengan kegemukan, tekanan darah tinggi, dan gangguan kadar lemak darah).

Penelitian yang dilakukan pada anak berusia 0-14 tahun menunjukkan resiko menderita DM tipe I pada anak yang mendapat susu formula 11,3 kali lebih besar dibandingkan anak yang mendapat ASI eksklusif.
Penelitian  oleh Petitt (1997) mempelajari hubungan antara menyusui dengan penyakit DM tipe 2 pada masyarakat Indian Prima. Orang yang mendapat ASI eksklusif mempunyai resiko lebih kecil terkena DM Tipe 2 dibandingkan  mereka yang hanya mendapat susu botol.

Seperti disinggung sebelumnya, ASI dapat mencegah terjadinya obesitas. Obesitas dapat menyebabkan hiperinsulinemia (kelebihan hormon insulin dalam darah) dan resistensi insulin. Kajian terhadap 61 penelitian (mencakup 298.900 subyek) tentang hubungan menyusui dengan obesitas pada usia 1-17 tahun memperlihatkan penurunan kejadian obesitas pada anak yang mendapat ASI  saat bayi. Kries, dkk (1999) juga mendapatkan efek protektif ASI terhadap risiko obesitas pada anak usia 5-6 tahun. Penurunan angka kejadian obesitas sebanding dengan lamanya pemberian ASI.

Penting untuk kecerdasan anak

Berbagai faktor yang mendukung antara lain  terdapat nutrisi dalam ASI yang diperlukan dalam otak antara lain :

1. Karbohidrat
Karbohidrat utama di dalam ASI dalah laktosa. Laktosa akan dirubah menjadi galaktosa. Galaktosa penting untuk membentuk galaktolipid yang penting dalam perkembangan otak.

2. Lemak
ASI merupakan sumber  utama asam lemak esensial terutama Arachidonic Acid (AA) dan Docosahexanoid Acid (DHA) yang sangat diperlukan untuk perkembangan otak. Kandungan kedua zat tersebut sangat tinggi pada hari-hari pertama sampai minggu-minggu pertama setelah melahirkan. AA dan DHA sangat penting dalam proses penerimaan rangsang dan penghantaran listrik di sel-sel saraf. Selain itu DHA ditemukan dalam jumlah yang banyak di mata, dan penting untuk fungsi penglihatan. ASI juga mengandung kolin dalam jumlah yang sangat tinggi. Kolin berperan dalam pembentukan fosfolipid di dinding sel saraf, metabolisme saraf, dan kerja neurotransmiter.

3. Protein dan Asam Amino
Selain itu, ASI mengandng taurin, tirosin dan triptopan. Ketiga ini adalah asam amino yang diperlukan dalam perkembangan otak. Taurin merupakan asam amino bebas yang terdapat dalam jumlah besar di jaringan saraf, jaringan otak yang sedang berkembang dan saraf mata. Taurin berperan sebagai neurotransmitter, mengatur aktivitas sel saraf, menstabilkan dinding sel saraf dan antioksidan. Tirosin dan triptopan berperan dalam pembentukan neurotransmitter. Neurotransmitter yang dibentuk oleh triptopan adalah serotonin dan melatonin. Adapun tirosin membentuk noradrenalin dan dopamin.

 4. Mineral
Zat besi dalam ASI  lebih rendah dibandingkan susu sapi maupun formula yang difortifikasi (ditambahkan) zat besi. Akan tetapi penyerapan zat besi di usus bayi yang mendapat ASI 5 kali lebih tinggi dibandingkan penyerapan besi yang terkandung dalam susu sapi. Keuntungannya adalah bayi ASI jarang menderita kekurangan zat besi.

Zat besi sangat penting dalam produksi dan pemeliharaan mielin (selaput sel saraf), aktivitas sel saraf. Sehingga kekurangan zat besi dapat menyebabkan gangguan pembentukan mielin neurotansmitter (suatu zat yang dilepaskan ujung saraf sebelum sambungan antar syaraf dan menyeberangi celah sambungan untuk menghambat atau merangsang sel sasaran).

Konsentrasi Yodium dalam ASI 4 kali lebih tinggi dari yang dIbutuhkan oleh seorang bayi. Yodium merupakan mineral penting untuk pembentukan hormon tiroid yatiu triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4). Hormon ini  berperan penting dalam proses awal pertumbuhan dan perkembangan  berbagai organ termasuk otak, serta mengatur metabolisme sel otak. Kekurangan hormon tiroid menyebabkan gangguan otak minimal hingga retardasi mental (keterbelakangan mental) yang berat serta tubuh pendek.

Selain itu ASI mengandung vitamin B12 yang dipelukan dalam metabolisme jaringan saraf dan pembentukan DNA. Faktor nutrisi ini sangat penting, karena nutrisi dalam kandungan dan setelah lahir dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi otak.

Dari suatu analisis yang dilakukan pada 11 penelitian, pada tahun 1999, diperoleh hasil bahwa  bayi yang mendapat ASI mempunyai IQ 3,2 point lebih tinggi dibanding bayi yang mendapat susu formula. Setelah itu, suatu penelitian di Selandia Baru melaporkan IQ lebih tinggi 1,5-4,5 poin pada bayi diberikan ASI selama 8 bulan dibandingkan bayi yang mendapat susu formula. Sejumlah 3.880 anak Australia diikuti sejak lahir untuk menentukan pola pemberian ASI dan perkembangan kognitif anak selanjutnya. Anak-anak yang mendapat ASI selama enam bulan atau lebih mendapat skor 8,2 poin lebih tinggi untuk anak perempuan dan 5,8 poin lebih tinggi untuk anak laki-laki dalam tes kosa kata, dibandingkan dengan anak-anak yang tidak pernah diberi ASI.

Bayi yang mendapat ASI 4-6 bulan lebih jarang mengalami keterlambatan perkembangan bicara dan motorik.  Pada bayi prematur pun pemberian ASI menghasilkan perbedaan IQ sebanyak 5,18 poin lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang mendapat susu formula. Perbedaan IQ ini dipengaruhi oleh lamanya pemberian ASI. Bila ASI diberikan hanya 4-7 minggu, maka tidak  ada perbedaan kecerdasan. Penelitian di Australia menunjukkan bahwa IQ akan meningkat bila ASI diberikan lebih dari 6 bulan. Selain itu, ASI sering dihubungkan dengan peningkaan perkembangan  neurokognitif anak, terutama pada bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan bayi yang mendapat ASI lebih lama.

Semakin lama diberi, semakin cerdas

Penelitian Angelsen dkk. (2001) memperlihatkan bayi yang mendapat ASI kurang dari 3 bulan memiliki IQ yang  lebih rendah  dibanding bayi yang mendapat ASI 6 bulan atau lebih. Pemberian ASI yang lebih lama memberi keuntungan pada perkembangan kognitif anak. Penelitian lain yang dilakukan secara prospektif terhadap bayi prematur yang mendapatkan ASI memperlihatkan hasil tes IQ (usia 7-8 tahun) dengan poin 8,3 lebih tinggi dibanding bayi prematur yang mendapat susu formula. Penelitian prosfektif selama 18 tahun dilakukan di Selandia Baru (2001) juga menunjukkan hasil serupa, peningkatan pencapaian akademik dan kognitif yang lebih tinggi pada anak yang mendapat ASI selama 8 bulan atau lebih dibanding mereka yang mendapat susu formula.

Selain nilai nutrisi dalam ASI, Ikatan batin yang lebih erat antara Ibu dan bayi selama menyusui dan keikhlasan Ibu selama menyusui  juga  merupakan faktor penting yang mempengaruhi kecerdasan emosi (Emotional Quotient) dan kecerdasan spiritual  (Spiritual Quotient) anak.

Tidak menimbulkan alergi

Air Susu Ibu tidak mengandung lactoglobulin. Bagian inilah dari susu sapi atau susu formula yang bisa menyebabkan reaksi alergi. Selain itu, ASI dapat mengurangi dan melindungi bayi dari penyakit alergi. Banyak  ahli yang menganjurkan agar bayi dari keluarga yang memiliki alergi hanya mendapatkan ASI tanpa tambahan selama 6 bulan (ASI eksklusif).

Menurunkan resiko gigi berlubang
Bayi yang diberi susu formula lebih beresiko memiliki gigi berlubang (caries dentis). Hal ini karena pemberian susu formula dengan botol atau dot, terutama pada malam hari menjelang tidur, menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan sisa-sisa susu formula. Sisa-sisa susu akan terurai menjadi senyawa-senyawa asam yang dapat merusak gigi.

Efek psikologis positif
Proses menyusui akan memperkuat ikatan batin antara Ibu dan anak. Ikatan batin yang erat, mesra dan selaras yang diciptakan lebih awal dan lebih permanen sangat penting karena akan memberikan efek psikologis positif, antara lain :

  1. Turut menentukan perilaku anak di kemudian hari
  2. Menstimulasi perkembangan otak anak
  3. Merangsang perhatian anak terhadap dunia luar
  4. Menciptakan kelekatan (attachment) antara Ibu dan anak
  5. Meningkatkan rasa kepercayaan diri anak

Mudah dicerna, diserap secara efisien
Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak. Sekitar 50% kalori ASI berasal dari lemak. Kadar lemak dalam ASI antara 3.5-4.5%. Walaupun kadar lemak dalam ASI tinggi, tetapi mudah diserap oleh bayi karena trigliserida dalam ASI terlebih dahulu dipecah menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim lipase yang terdapat di dalam ASI. Saat bayi dilahirkan, lambung bayi belum menghasilkan semua enzim yang dIbutuhkan untuk mencerna lemak susu. Lipase di dalam ASI  diperlukan untuk menyempurnakan pencernaan lemak di dalam lambung bayi. Lipase dalam ASI ini disebut bile-salt stimulated lipase karena mulai bekerja di dalam usus bersamaan dengan tersedianya garam-empedu tersebut. Lipase tidak aktif di payudara atau di dalam lambung sebelum ASI bercampur dengan empedu. Subhanallah!

Lemak yang terdapat di dalam ASI akan dicerna lebih sempurna dan digunakan lebih efisien oleh tubuh bayi dibandingkan dengan lemak susu sapi atau susu formula. Bedanya bisa terlihat pada tinja bayi. Tinja bayi yang diberi susu formula berbeda dengan tinja bayi yang diberi ASI. Hal ini dikarenakan susu formula dan susu lainya  tidak mengandung enzim agar penyerapan makanan efektif dan efesien. Sehingga di dalam tinja bayi yang diberi kedua jenis susu tersebut , terdapat banyak sisa  susu yang tidak dapat diserap oleh tubuh bayi.


Selain itu ASI mengandung asam lemak essensial yaitu asam linoleat (Omega 6) dan asam Linolenat (Omega 3). Disebut essensial karena tubuh manusia tidak dapat membentuk kedua asam ini dan harus diperoleh dari konsumsi makanan. Keduanya sangat penting untuk pertumbuhan otak anak.

Pada Bayi dengan Berat Lahir Rendah (BBLR) yang diberi susu formula yang kurang mengandung asam lemak esensial ternyata menunjukkan kurang optimalnya perkembangan mental dan penglihatannya.
Karbohidrat dalam ASI adalah laktosa,yang kadarnya paling tinggi dibandingkan susu mamalia lain (7gr%). Laktosa mudah diurai menjadi glukosa dan galaktosa dengan bantuan enzim laktase yang sudah ada dalam mukosa saluran pencernaan sejak lahir. Laktosa mempunyai manfaat lain, yaitu mempertinggi absorbsi kalsium dan merangsang pertumbuhan laktobacillus bifidus yang dikenal sebagai bakteri ”baik” di dalam saluran pencernaan manusia.

Protein dalam susu adalah kasein dan whey. Kadar protein ASI sebesar 0.9%, 60% diantaranya adalah whey, yang lebih mudah dicerna dibandingkan kasein.

Ginjal  bayi yang baru lahir belum dapat mengkonsentrasikan air kemih dengan baik, sehingga diperlukan susu dengan kadar garam dan mineral yang rendah. Asi mengandung garam dan mineral yang lebih rendah dibandingkan dengan susu sapi.

Kadar kalsium dalam susu sapi lebih tinggi dibandingkan ASI, tetapi kadar fosfornya jauh lebih tinggi, sehingga mengganggu penyerapan kalsium dan juga magnesium. SehinggaBayi yang mendapat susu sapi atau susu formula yang tidak dimodifikasi dapat menderita kejang otot karena kekurangan kalsium (hipokalsemi).


Menurunkan angka kematian  bayi

Keadaan balita di Indonesia sangat mengenaskan. Tiap 2,5 menit 1 balita di Indonesia meninggal. Artinya 430 balita setiap hari meninggal . Kalo kita ibaratkan, tiap hari terjadi kecelakaan pesawat, satu pesawat jumbo jet yang isinya  balita dan semua penumpang meninggal dunia.

Keadaan bayi (anak yang berusia di bawah 1 tahun), tak kalah tragis. Setiap jam 10 bayi meninggal. Artinya  240 bayi meninggal setiap harinya. Atau setiap enam menit satu bayi meninggal dunia.Mengerikan, bukan ?

Bagaimana menyelamatkannya ?

Penelitian di Ghana terhadap   10.947 bayi lahir antara Juli 2003 dan Juni 2004 disusui. Ternyata bila mulai menyusu dalam 1 jam pertama  22% dapat diselamatkan. Jika bayi mulai disusui sejak hari pertama 16% dapat diselamatkan. Kemungkinan kematian meningkat secara bermakna setiap hari pemulaan menyusu ditangguhkan. Namun masalahnya di Indonesia, hanya 29% Ibu yang memberi ASI, dan 17% yang menyusui ekslusif.

Mencegah kejadian maloklusi

Maloklusi adalah keadaan dimana rahang atas dan bawah tidak sejajar ketika mulut menutup.Salah satu penyebab terjadinya hal ini adalah kebiasaan lidah yang mendorong ke depan akibat menyusu dengan dot atau botol.

B. Keajaiban ASI Bagi Ibu

Mencegah perdarahan setelah melahirkan

Hisapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin. Oksitosin ini  membantu pengecilan rahim setelah melahirkan.

Menurunkan resiko kanker payudara, kanker indung telur dan osteoporosis

Kasus kanker payudara pada Ibu yang menyusui lebih rendah dibandingkan dengan Ibu yang tidak menyusui. Ada suatu penelitian yang menunjukkan bahwa menyusui bayi selama 3 bulan memberi perlindungan terhadap kanker payudara sebelum menopause. Risikonya menurun 50%. Selain itu, menyusui juga melindungi Ibu dari resiko kanker indung telur.

Seorang Ibu yang menyusui, mempunyai resiko terkena osteoporosis yang lebih kecil dibandingkan dengan Ibu yang tidak menyusui. Walaupun  kadar kalsium di dalam tubuh Ibu yang menyusui memang menurun selama menyusui, tetapi mineralisasi tulang akan segera membaik setelah enam bulan penyapihan sehingga kadar kalsiumnya akan lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak menyusui. Subhanallah. Bahkan penelitian terbaru mengatakan, cadangan kalsium Ibu cukup untuk menyusui selama 2 tahun.

Sebuah kajian menunjukkan, #perempuan yang tidak pernah menyusui memiliki resiko patah tulang panggul dua kali lebih besar daripada wanita yang belum menyusui.  Menyusui selama 9 bulan untuk setiap anak dapat menurunkan risiko patah tulang panggul ¼ kali dibandingkan mereka yang tidak  menyusui. Patah tulang panggul membuat seseorang tidak bisa duduk apalagi berjalan. Dan diperlukan operasi yang sangat mahal dan rumit untuk mengobatinya.

Mengatur kehamilan

Menyusui secara eksklusif selama enam bulan bisa menjadi KB alamiah, dalam istilah kedokteran disebut LAM (Lactating Amenorrhae Methode). Hal ini disebabkan selama menyusui seorang Ibu memiliki hormon prolaktin lebih tinggi. Hormon ini berfungsi menekan sintesis (pelepasan) hormon yang merangsang pelepasan sel telur (ovum) oleh indung telur (ovarium), sehinga ovarium tidak dihasilkan dan haid tertunda. Maka, secara tidak langsung, laktasi mengatur kehamilan.

Membantu mengembalikan bentuk badan Ibu dan mencegah obesitas

Menyusui membantu tubuh untuk pulih lebih cepat setelah proses melahirkan. Homon-hormon yang dikeluarkan tubuh Ibu setiap kali Ibu menyusui akan  membantu membugarkan kembali otot-otot Ibu. Selain itu, Ibu akan mengalami penurunan berat badan yang lebih cepat jika Ibu menyusui. Karena menyusui menggunakan cadangan lemak yang tersimpan selama hamil. Pada sebuah kajian, wanita yang menyusui selama paling sedikit enam bulan mengalami penurunan rata-rata 4 kg lebih banyak dalam tahun pertama kehidupan dibandingkan wanita yang tidak menyusui.

Mengurangi depresi setelah melahirkan

Menyusui membantu Ibu relaks dan merasa tenang, begitu susu mulai mengalir, hormon-hormon di tubuh Ibu mulai mengalir. Hormon-hormon membantu Ibu untuk relaks dan menikmati proses menyusui. Selain itu menyusui menjalin bounding antara Ibu dan buah hati. Banyak wanita yang merasakan kenikmatan yang besar saat menyusui. Dan banyak juga yang  merasa bangga dan percaya diri ketika  melihat bayinya tumbuh kuat dan sehat hanya dengan meminum air susunya.

C. Keajaiban ASI Bagi keluarga

Menghemat Pengeluaran

Pemberian ASI pada bayi memiliki dua aspek ekonomis yang menguntungkan, antara lain :
Tidak memerlukan dana khusus untuk dapat memanfaatkan ASI. Sebagai rician, apabila bayi diberi ASI selama enam bulan saja, akan terjadi penghematan senilai 4,4 triliun! Nilai ini berdasarkan perhitungan bila terdapat 5 juta bayi di Indonesa yang mendapatkan susu formula sebanyak 44 kaleng susu selama 6 bulan. Itu pun dengan perkiraan harga susu per kalengnya paling murah, yaitu 20.000 rupiah.
Bayi yang diberi ASI lebih jarang menderita sakit sehingga tidak perlu mengeluarkan dana untuk berobat.

Praktis, higienis

ASI lebih mudah diperoleh dan memiliki suhu tubuh yang sesuai dengan kondisi pencernaan dalam tubuh sehingga tidak memerlukan persiapan khusus  dalam pemberiannya. Menyusui dapat diberikan kapan saja dan dimana saja. Tidak perlu botol, dot, alat sterilisasi, dan tidak memerlukan bantuan orang lain.

Memotivasi orang lain untuk menyusui

Seorang anak perempuan yang dulunya disusui, kemungkinan besar akan menyusui anaknya. Pada tahun 1990, dilakukan sebuah survey tentang pemberian makan kepada bayi di Inggris oleh Social Survey of the Office of population Censuses and Surveys . Para Wanita ditanya tentang cara yang mereka pilih untuk memberi makan bayinya serta alasannya. Hasilnya, Sejumlah 75% wanita yang disusui memilih menyusui bayi mereka. Sekitar 70 % wanita yang disusui dan diberi susu botol juga memilih untuk menyusui. Sebaliknya  hanya 48% dari wanita yang dulunya diberi susu botol yang memutuskan untuk menyusui.  Dan 74% wanita yang masih menyusui pada minggu keenam adalah wanita yang dulunya disusui.

Jika  Ibu menyusui, maka kemungkinan orang-orang di sekitar Ibu juga akan menyusui.

Sejumlah 84% wanita yang mengatakan bahwa sebagian besar teman mereka menyusui, merencanakan untuk menyusui.  Karena jika seorang wanita melihat wanita lain sedang menyusui bayinya, seringkali gambaran ini tertanam di benaknya dan mempengaruhi perasaannya mengenai cara menyusui bayinya kelak.
Jadi, perjuangan Ibu untuk tetap menyusui bisa menjadi inspirasi dan amal jariah yang akan mengalir pahalanya terus menerus, Insya Allah.

D. Keajaiban ASI Bagi Negara
Bila para Ibu menyusui anaknya, hal ini akan memberikan beberapa dampak positif bagi negara, antara lain:

  • Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak

Berbagai faktor proteksi dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi baik serta kesakitan dan kematian anak menurun

  • Mengurangi subsidi untuk rumah sakit

Biaya yang diperlukan untuk perawatan anak di rumah sakit akan berkurang, karena anak yang mendapat ASI lebih jarang dirawat di rumah sakit dibandingkan anak yang mendapat susu formula

  • Mengurangi devisa untuk pembelian susu formula

ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua Ibu menyusui, diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar 8,6 milyar yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.

  • Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa

Anak yang diberi ASI insya Allah lebih cerdas, lebih soleh, sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.

[dr. Ariani]

Lihat Juga

tantrum

Dewasa Kok Tantrum?

Jika anak-anak cenderung tantrum dikarenakan keinginannya yang tidak terpenuhi, maka sedikit berbeda dengan orang dewasa, dimana orang dewasa cenderung mengalami tantrum dikarenakan ketidakmampuan mengatasi ketegangan atau emosi negatif yang dihadapinya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *