Ketika Revolusi Industri Nyaris Lahir Dari Islam

Seribu tahun sebelum mesin uap James Watt mengubah dunia, tiga bersaudara dari Baghdad, Banū Mūsā ibn Shākir: Muḥammad, Aḥmad, dan al-Ḥasan, telah membayangkan masa depan yang bergerak sendiri. Mereka bukan bangsawan, bukan pula saudagar, tetapi ilmuwan yang hidup di abad ke-9, pada masa kejayaan Baghdad sebagai pusat peradaban dan ilmu pengetahuan.

Hal yang lebih mengagumkan adalah konteks waktu penemuan ini. Saat Eropa masih terjebak dalam abad kegelapan, dunia Islam justru berada di puncak kreativitas ilmiah. Baghdad bukan hanya tempat belajar, tetapi juga tempat eksperimen dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Karya monumental mereka adalah Kitāb al-Ḥiyal, yang berisi lebih dari seratus rancangan alat otomatis, seperti air mancur yang mengatur aliran air sendiri, jam air yang rumit, katup yang berfungsi tanpa sentuhan manusia, bahkan pelayan mekanik. Semua perangkat ini didasarkan pada prinsip fisika dan teknik canggih, seperti tekanan udara, gravitasi, dan roda gigi, yang mirip dengan teknologi automasi modern yang ditemukan kembali berabad-abad kemudian.

Donald R. Hill, sejarawan teknologi, menyebutkan bahwa karya Banū Mūsā ibn Shākir tidak hanya menunjukkan kecanggihan teknis, tetapi juga ketelitian ilmiah yang mengingatkan kita pada riset teknik modern.

Meskipun mesin otomatis sudah tiba lebih awal di Baghdad, revolusi industri tidak begitu saja terjadi di sana. Mungkin karena ekosistem yang tidak mendukung. Tanpa tekanan ekonomi atau sosial yang mendorong automasi seperti di Inggris, dan tanpa sistem manufaktur atau pasar tenaga kerja, teknologi ini sulit berkembang menjadi industri besar.

Peninggalan Banū Mūsā ibn Shākir begitu penting. Mereka menunjukkan bahwa pemikiran teknologi canggih telah ada jauh sebelum waktunya. Nama mereka layak diingat sejajar dengan nama-nama besar seperti Heron dari Alexandria dan Leonardo da Vinci. Bahkan jika revolusi industri tidak lahir di Baghdad, mereka telah membuka jalan bagi pemikiran teknologi setelahnya untuk memandu arah dunia.

Banū Mūsā ibn Shākir mengajarkan kita bahwa inovasi tak melulu soal siapa yang pertama kali memiliki ide, tetapi siapa yang mewujudkannya. Ketika ilmu pengetahuan bukan hanya diwariskan, tetapi dihidupkan. Sejarah bukan hanya dikenang, tetapi dilanjutkan! [al faqir]

 

Referensi:
• Donald R. Hill. Arabic Mechanical Engineering: The Book of Ingenious Devices. D. Reidel Publishing Company, 1979.
https://www.cambridge.org/core/journals/bulletin-of-the-school-of-oriental-and-african-studies/article/abs/donald-r-hill-the-book-of-ingenious-devices-kitab-alhiyal-by-the-banu-sons-of-musa-bin-shakir-translated-and-annotated-by-donald-r-hill-x-267-pp-front-dordrecht-boston-and-london-d-reidel-publishing-company-1979-guilders-130/D84AD416DE8C0C70A929002E382B1EBC
• Ahmad Y. al-Hassan & Donald R. Hill. Islamic Technology: An Illustrated History. Cambridge University Press, 1986.
https://archive.org/details/islamictechnolog0000hasa/page/n5/mode/2up
• Fuat Sezgin. Science and Technology in Islam, Vol. 2. Frankfurt Institute for the History of Arabic-Islamic Science, 2004.
https://www.tuba.gov.tr/files/yayinlar/bilim-ve-dusun/TUBA-978-625-8352-94-8.pdf

Lihat Juga

Hakikat Hidup

Hidup adalah Masa Karya

CAHYALOKA.COM – Setiap kita diberi rentang waktu yang kemudian kita sebut umur, untuk berkarya. Harga …