Dari Ummu Athiyah Nasibah ra., dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membai’at kami untuk tidak meratap. (HR. Al Bukhari dan Muslim) di dalam shohihnya III/141, dan Muslim no. 639
CAHYALOKA.COM – Saya kira umat ini telah mandul untuk melahirkan seorang sosok seperti Khansa’ dan Haulah binti Azwar, akan tetapi saya melihat para #perempuan abad dua puluh ini ada orang-orang yang ingin menjadi seperti para pahlawan wanita ini. Saya lihat seperti Ummu Muhammad istri Asy Syahid Abdullah Azzam, dalam satu hari dia kehilangan tiga orang yang termasuk manusia-manusia paling mulia, suaminya dan kedua buah hatinya (Muhammad dan Ibrahim).
Demi Allah Azza wa Jalla, yang tidak ada ilah selain Allah Azza wa Jalla, sungguh aku sangat bingung apa yang harus kita lakukan untuk berbela sungkawa kepadanya ketika dia masuk untuk bertemu dengan mereka untuk melihat mereka untuk mengucapkan perpisahan yang terakhir. Saya katakan: “Bagaimana mungkin seorang perempuan seperti dia dalam kondisi seperti ini masih ingin melihat mereka? Akan tetapi dia yakin bahwa Allah SWT menurunkan kesabaran sesuai dengan ujian yang dia hadapi. Diriku merasa kecil jika membayangkan kondisinya ketika dia melihat mereka.
Ummu Muhammad berkata: “Ketika kami sampai dirumah Syaikh maka segera saya ingin bertemu untuk melihat mereka yang terakhir kalinya, aku dapati tiga orang dalam keadaan tertutup, kemudian aku dapati anakku yang pertengahan Khudzaifah berdiri di depanku. Maka aku yakin bahwa orang itu adalah suamiku, dan anakku yang paling besar Muhammad (21 tahun) serta anakku yang ketiga (16 tahun), maka aku masuk ke dalamnya dan aku ucapkan perpisahan terakhir kemudian aku kembali ke rumahku, dan aku telah berjanji kepada Allah Azza wa Jalla untuk tidak menangisi mereka, karena suamiku sebelum kesyahidannya dia pernah bertanya kepadaku: “Apa yang akan engkau lakukan jika Allah Azza wa Jalla memberikan rezeki kesyahidan kepadaku?” Lalu aku menjawab: “Aku akan bersabar dan tabah insyaAllah”. Dan sungguh benar-benar aku telah memenuhi janjiku kepadanya, dan aku memohon kepada Allah Azza wa Jalla untuk memberikan kepadaku kesabaran dan keteguhan hingga mati. (Disadur dari pertemuan di majalah Al Mujtama’ edisi 849, 2 January 1990 M)
Sesungguhnya itu adalah pendidikan Islam secara praktek dari beberapa kejadian-kejadian yang membuat umat ini sebagai sumber yang tidak akan habis airnya untuk mengeluarkan bagi kita orang seperti wanita mujahidah dan shalihah ini, supaya menjadi pelita dan panutan bagi seluruh wanita di dunia ini pada zaman sekarang ini.
Tidak diragukan lagi bahwa istri mujahid ini masih akan terus menjadi contoh yang paling baik bagi para wanita umat ini. Dan dia berada di barisan wanita yang terdepan di medan jihad. Dialah pendiri Al Lajnah An Nisa’iyah Al Arabiyyah (Yayasan Wanita Arab) yang memiliki andil yang sangat besar di dalam berkhidmat untuk jihad. Di bidang pengajaran dan kesehatan serta kesejahteraan keluarga para syuhada’ dan anak yatim.
Sesungguhnya bagi para wanita di dalam Islam memiliki peran yang sangat penting dan jelas di medan jihad. Telah disebutkan di dalam hadits shahih dari Nabi shallallohu ‘alaihi wa sallam, yang diriwayatkan oleh Al Bukhari dari Rubai’ binti Muawwidz radhiyallahu ‘anha dia berkata: “Kami berperang bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami memberi minum para prajurit dan membantu mereka, mengembalikan yang terluka dan yang terbunuh ke Madinah”.
Dr. Abdullah Azzam berkata tentang hukum keikutsertaan wanita di dalam berjihad: “Peran wanita di dalam jihad adalah perkara yang telah disebutkan di dalam syariat, akan tetapi wajib menjaga syarat-syarat yang disyariatkan; seperti adanya mahrom, tidak bercampur dengan laki-laki, aman dari fitnah, dan ketika dalam keadaan terpaksa yang tidak mampu dilakukan oleh laki-laki. Bisa juga para wanita berada di barisan belakang untuk melakukan kegiatan memasak, mengobati yang sakit dan semisalnya dari kegiatan-kegiatan wanita.“
Sedangkan membuka pintu di dalam masalah ini adalah kerusakan yang besar. “Dan jika aku pernah lupa maka aku tidak lupa peran wanita muslimah Afghan di dalam pelaksanaan jihad Afghanistan. Berapa banyak sikap wanita Afghani di utara Afghanistan dapat membangkitkan semangatku, di desa Khaniz, berkata Syahid Umat Islam ini Abdullah Azzam: “Kami ketika berada di jalan antara Bazarik dan Rakha kami melewati desa yang namanya Khaniz kemudian Ahmad Mas’ud menunjuk desa tersebut dan berkata: “Di desa ini ada seorang wanita dan anak-anaknya membantu kami pada tahun 1982 M, dan di desa itu tidak ada yang lain selain dia, anaknya seorang mujahid yang berjihad bersama kami, dan kami sangat takjub dengan keberanian wanita tersebut. Jika kami melihat bom itu semakin deras maka kami bersembunyi, namun dia tidak bersembunyi, padahal pada tahun itu peperangan sangat sengit sekali, dan kekuatan itu sangat dekat dengan kami.
Wanita tersebut yang membuat roti buat kami, dia memasak makanan kemudian memberikannya kepada kami dan anaknya. Pada suatu hari langit menghujani kami dengan awannya yang sangat panas, dan tank-tank menyalakkan kobaran apinya, dan kami pada waktu itu berada di sebuah kamar, lalu kami berusaha untuk berpencar, ternyata perempuan tersebut berdiri di depan pintu dan berkata: “Janganlah kalian keluar! Karena api ada dimana-mana nanti akan mengenai kalian”. Dan anak perempuannya ikut membantunya membuat roti dan memasak, tiba-tiba dia terkena serpihan bom dan membunuhnya, maka kemudian dia menutupi anaknya dengan kain penutup lalu perempuan tersebut melanjutkan memasaknya. Kemudian suaminya juga menemui kesyahidan dan tidak ada yang tersisa lagi selain anaknya yang mujahid, lalu anaknya tersebut juga mendapatkan karunia kesyahidan.
Maka seluruh kaum mujahidin bersedih hati dengan hilangnya anak tersebut, lalu kami datang untuk bertakziyah kepadanya. Lalu wanita itu mengatakan: “Sungguh kesedianku karena tidak dapat memberikan bantuan makanan kalian itu lebih aku rasakan daripada kesedihanku karena kehilangan anak kesayangan hatiku, oleh karena itu sesungguhnya mulai hari ini aku akan terus memasak makanan untuk kalian, dan aku akan membuat roti untuk kalian, aku tinggalkan dan kalian datang untuk membawanya sendiri”. Mas’ud berkata: “Aku kehilangan wanita itu, mungkin dia berhijrah ke Kabul. Dan demi jiwaku jika aku mengetahui tempatnya pasti aku akan membalas atas bantuannya kepada kami”.
Aku berdiri di hadapan keadaan ini dengan pengagungan dan kekaguman! Maka kukatakan Subhanallah! Wanita ini telah mengembalikan perjalanan para shahabiyat yang seperti wanita itu dari seorang wanita kalangan bani Abdud Daar ketika sampai kepadanya kabar kesyahidan suaminya dan saudaranya serta bapaknya, lalu dia berkata: “Apa yang terjadi dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?” Mereka berkata: “Dia baik-baik saja”. Wanita tersebut berkata: “Setiap musibah selain pada dirimu wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah kecil” artinya “remeh dan sepele”.
Mana sikap sebagian wanita kaum muslimin di negara-negara Arab? Kalian melihat salah seorang diantara mereka yang takut dari kalajengking dan tikus jika masuk ke dalam rumahnya?
Pernah terjadi suatu kejadian di salah satu kota di Arab bahwa ada seorang perempuan yang suaminya bekerja sebagai guru di sebuah sekolahan Tsanawiyah dan tiba-tiba dia ditelpon oleh istrinya dan bilang cepat-cepatlah pulang karena ada sesuatu yang sangat penting! Maka suaminya pulang dengan cepat sambil terengah-engah, ternyata istrinya bilang bahwa ada tikus di kamar ini!
Sesunggunya wanita seperti ini tidak dapat diandalkan untuk memberikan kemampuannya untuk kaum muslimin di medan-medan perang, apalagi untuk mendidik singa-singa dikandangnya untuk menjadi tentara Allah Azza wa Jalla, Rabbul Alamin. [Ummu Syauqi Hafidzul Furqon Murtadlo]